Beranda | Artikel
Waria Menjadi Imam Shalat, Masalahkah?
Rabu, 17 Februari 2016

Bolehkah bermakmum di belakang seorang waria, artinya waria menjadi imam shalat?

Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, Ensiklopedia Fikih juz ke-11, hal. 63 disebutkan:

Jika asalnya laki-laki yang menyerupai wanita itu secara tabi’at seperti itu, laki-laki yang dimaksud adalah suaranya, geraknya mirip perempuan namun tidak melakukan hal buruk, maka ia tidak dianggap orang fasik. Laki-laki yang seperti itu tidak tercerla dan tidak terlaknat seperti yang dimaksud dalam hadits. Ia boleh menjadi imam shalat, sah keimamannya. Namun ia diperintah untuk tidak terus membuat-buat gerakannya seperti perempuan dan meninggalkan kecanduan itu perlahan-lahan.

Sedangkan laki-laki yang membuat-buat gayanya menyerupai perempuan (seperti pada waria, pen.), dilihat dari sisi suara yang dibuat-buat, gerakannya pun dibuat mirip perempuan, ini adalah kebiasaan yang buruk dan termasuk dalam maksiat. Pelakunya dikatakan berdosa dan termasuk orang fasik. Orang fasik dimakruhkan menjadi imam menurut pendapat dalam madzhab Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, demikian pula salah pendapat dalam madzhab Imam Malik. Sedangkan ulama Hambali dan Malikiyah dalam pendapat lain menyatakan batalnya shalat orang yang fasik.

 

Dari sini, kita dapat simpulkan waria kurang layak menjadi imam shalat. Yang baik baginya adalah ia kembali pada kodratnya sebagai lelaki. Moga Allah beri hidayah.

 

Teks dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah:

المخنث بالخلقة، وهو من يكون في كلامه لين, وفي أعضائه تكسر خلقة، ولم يشتهر بشيء من الأفعال الرديئة لا يعتبر فاسقًا، ولا يدخله الذم واللعنة الواردة في الأحاديث، فتصح إمامته، لكنه يؤمر بتكلف تركه, والإدمان على ذلك بالتدريج، فإذا لم يقدر على تركه فليس عليه لوم, أما المتخلق بخلق النساء حركة وهيئة، والذي يتشبه بهن في تليين الكلام, وتكسر الأعضاء عمدا، فإن ذلك عادة قبيحة ومعصية, ويعتبر فاعلها آثما وفاسقا, والفاسق تكره إمامته عند الحنفية والشافعية، وهو رواية عند المالكية, وقال الحنابلة والمالكية في رواية أخرى ببطلان إمامة الفاسق. انتهى.

 

Referensi:

Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait.

Shubuh hari @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 9 Jumadal Ula 1437 H

Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal

Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam


Artikel asli: https://rumaysho.com/12913-waria-menjadi-imam-shalat-masalahkah.html